Wednesday, 2 March 2011

Remaja : Kekuatan Raksasa Perjuangan

Salam semua.....kali ini saya ingin mengutarakan tajuk berkaitan di atas.  Ianya telah ditulis/diperkatakan  oleh Wahidiyah pada pada 31hb Disember 2010 pukul 10.16 ptg.  Semoga info ini bakal memberi manafaat buat kita semua terutamanya dlm menangani masalah remaja masa kini yang bakal memimpin negara di masa depan.  Walaupun entry ini dlm versi bahasa Indonesia, namun saya berharap agar sahabat semua dapat memahami maksud yang tersurat dan tersirat di dalamnya. insyaAllah....

 Saat ini, ketika seseorang mendengar istilah remaja, yang serigkali terbayang sosok anak-anak muda yang berhuru-hara di kafe, diskotik atau tempat hiburan lainya. Atau mungkin ketika seseorang mendengar istilah remaja, maka yang nampak adalah so...sok anak-anak muda yang asyik berpacaran, bermain musik atau berlenggak-lenggok ala foto model. Yang lebih menyedihkan lagi adalah bahwa seringkali istilah remaja ini dikaitkan dengan berbagai bentuk ekspresi negatife seperti seks bebas, narkoba atau berbagai bentuk kriminalitas.

Berbagai gambaran diatas  sebenaranya merupakan pantulan dari kondisi kaum remaja dewasa ini. Kebijakan pemerintah membuka lebar-lebar terhadap berbagai kebudayaan luar telah menghasilkan para remaja ala Hollywood. Remaja yang mengahabiskan waktunya dengan hanya berhura-hura tapi miskin prestasi. Kalaupun ada prestasi, itupun hanya berkaitan dunia hura-hura. Seperti juara modeling, juara nyanyi atau juara rias. Sementara dalam berbagai bidang yang produktif, seperti olahraga atau dunia ilmiah, sangat minima prestasi yang didapatkan.

REMAJA DALAM PANGGUNG SEJARAH 

Sejarah tegak dan runtuhnya suatu bangsa sangat berkaitan erat dengan situasi dan kondisi remaja pada suatu masa. Ketika kaum remaja terbiasa hidup dengan dunia yang keras, disiplin, serta penuh semangat belajar dan berkarya, maka pada saat itulah sebuah bangsa berdiri dengan tegak.

Revolusi Islam di jazirah Arab pada masa awal Islam ternyata menempatkan barisan remaja pada posisi terdepan dan kunci. Orang-orang seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, adalah sosok-sosok muda yang saat itu berusia 30-40 tahun. Bahkan banyak sekali remaja berusia belasan tahun memainkan peran yang sangat penting dalam revolusi tersebut. Ali bin Abi Thalib ketika menjadi Panglima perang Khaibar, saat itu masih berusia 25 tahun. Abdullah bin Rowahah ketika memimpin perang Mu’tah baru berusia 20-an tahun. Bahkan Usamah bin Zaid usia -+ 16 tahun telah menjadi seorang jendral yang memimpin sebuah resimen tentara. Dan lawan yang dihadapinya pun tidak main-main. Mereka adalah satuan-satuan pasukan professional Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) yang dipimpin oleh jendral-jendral yang telah dewasa, matang dan berpengalaman dalam berperang melawan kemaharajaan Persia. Toh akhirnya, kelompok pemuda muslim tersebut bisa mengatasi semua permasalahan-permasalahan kemiliteran yang mereka hadapi.

Revolusi Kemerdekaan Indonesia juga menjadi pelajaran yang menarik tentang peran remaja. Saat itu, pasukan  Belanda dan sekutu baru saja memenangkan perang Dunia II dengan menghancurkan Blok Jerman, Italia dan Jepang. Mereka dengan di dukung oleh perwira-perwira dewasa dan matang semisal Jendral Spoor atau  Jendral AWS Mallaby serta prajurit professional datang kembali ke Indonesia untuk menancapkan ‘kuku’ penjajahan.

Pasukan yang professional terebut dihadapi oleh barisan remaja yang walaupn belum begitu berpengalaman, namun memiliki semangat yang menyala-nyala. Sebagaimana Revolusi Islam di Arabia, dalam  Revolusi Kemerdekaan Idonesia inipun remaja memiliki posisi terdepan. Sebut saja misalnya Pak Dirman. Pada usia 27 tahun beliau sudah diangkat menjadi Panglima Besar yang membawahi 3 juta tentara Indonesia yang menyebar mulai dari Aceh hingga Merauke. Pada usia yang sama, Jendral (saat itu baru Kolonel) Abdul Haris Nasution menjadi Panglima Komando Jawa. Demikian juga menteri-menteri Negara. Sebagian besar adalah remaja-remaja berusia 30 tahun. Namun sejarah membuktikan bahwa bangsa Indonesia ternyata membikin penjajah Belanda kembali hengkang ke Eropa.

Pada tahun 1979, kembali kita bisa menyaksikan peristiwa spektakuler dalam sejarah dunia. Sekelompok anak-anak muda di Iran dengan inspirasi dari Ayatullah Khomaeni bergerak. Dengan kekuatan laksana air bah yang meruntuhkan Kerajaan Iran yang saat itu memiliki tentara terkuat di Timur Tengah. Kerajaan dengan kekuatan tentara ratusan ribu, peralatan perang modern, jaringan intelijen yang rapi dan dukungan mutlak dari Amerika dan Israel itu tiada mampu membendung luapan semangat remaja-remaja Iran yang menuntut keadilan.

Dan akhir kalinya, bangsa Indonesia menyaksikan kekuatan yang menakjubkan dari remaja pada Reformasi ’98. Kali ini yang menjadi sasaran kekuatan raksasa para remaja adalah sebuah kekuasaan di Indonesia, Rezim Orde Baru. Kekuatan yang bercokol di Indonesia sejak tahun 1966 ini memiliki segalanya. Tentara yang professional, pegawai Negara yang loyal, persenjataan yang canggih dan wibawa yang luar biasa. Bahkan bebrapa saat sebelumnya, Golkar yang di dukung oleh pemerintah, baru saja memenangkan pemilu dengan angka yang spektakuler, 75%. Kekuatan Orde Baru saat itu menjadi salah satu kekuasaan terkokoh di Asia.

Awal tahun 1998, para remaja di berbagai kampus perguruan tinggi mulai bergerak melihat kepincangan-kepincangan pemerintah serta penindasan yang tiada tertahan lagi oleh rakyat. Kekuatan kaum remaja semula kecil tersebut kemudian mulai membesar dan terus membesar. Bahkan akhirnya menjadi kekuatan yang dahsyat. Dunia akhirnya menyaksikan untuk kesekian kalinya. Bahkan kekuatan remaja teramat dahsyat untuk dilawan dengan senapan atau tentara. Kekuatan inilah yang akhirnya memaksa Jendral Besar Soeharto harus lengser dari jabatanya.

Sebaliknya, ketika para remaja terbuai dalam berbagai hiburan dan sibuk memenuhi syahwatnya, maka pada saat itulah sebuah bangsa berada di ambang kehancurannya. Pada sekitar tahun 1650-an, Kesultanan Mataran di bawah Sultan Amangkurat I masih berdiri kokoh setelah sebelumnya dibangun dengan susah payah oleh Sultan Agung. Namun situasi kejiwaan para pemuda Mataram jauh berbeda dengan era Sultan Agung. Situasi pemuda pada masa Amangkurat I penuh dengan hura-hura. Bahkan cenderung nista. Hingga berbagai catatan Belanda saat itu memberitakan bahwa Putera Mahkota setiap malam selalu keluyuran merampas dan memperkosa istri orang.

Hingga bencana pun tibalah. Rakyat Madura melakukan pemberontakan dengan didukung berbagai elemen rakyat Mataram yang lain. Dalam situasi seperti ini, para pemuda dan tentara Mataram tiada memiliki semangat juang yang tinggi lagi sebagaimana masa-masa raja sebelum Amangkurat I. Akibatnya, tentara Mataram dengan mudah dapat dikalahkan oleh kaum pemberontak. Bukan hanya disitu saja. Keraton Plered, Ibukota Mataram saat itupun akhirnya hancur-lebur dan jatuh ke tangan kaum pemberontak.

Jika kita melihat dunia Islam saat ini, terlihat dimana-mana penindasan dan penganiayaan kepada kaum muslimin di berbagai Negara. Ini adalah potret keadaan kaum remaja muslim saat ini. Dimana mereka banyak terbuai oleh aneka kesenangan dan hiburan. Hari-harinya diisi dengan aneka tontonan dan kesenangan. Sangat sedikit sekali remaja muslim yang memberikan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas diri. Mereka asing dengan belajar. Mereka jauh dengan ulama’. Mereka jauh dari majlis ilmu, majlis dzikir dan masjid. Akibatnya, umat pun menjadi lemah dan kehilangan wibawa. Hingga kemudian musuh-musuh Islam pun saling berebut menerkam kaum muslimin, laksana kawanan srigala berebut domba.

Kita takut, hal yang sama menimpa Perjuangan Wahidiyah. Remaja-remaja Wahidiyah saat ini hanya menghabiskan waktu-waktunya dengan santai dan senang-senang. Hingga, pada suatu ketika, saat ia diserahi tongkat estafet perjuangan, mereka kaget, karena tidak adanya persiapan yang dimiliki. Ia hanya bingung, susah. Tapi tidak tahu apa yang ia bingungkan. Yang ia rasakan hanyalah apa yang harus ‘saya’ kerjakan? Bagaimana cara menggerakkan roda perjuangan yang diamanatkan kepadanya. Dari sinilah kemudian awal mula hancurnya perjuangan. Maka benarlah kata pepatah:
    ”Jika perjuangan dipegang oleh bukan ahlinya, maka tunggu sajalah saat kehancuranya.”
Musthafa Al Ghalayain mengatakan:
    ”Sesungguhnya di tangan para remajalah urusan umat (perjuangan). Dan di bawah telapak kaki perjuanganyalah hidup dan matinya umat (perjuangan).”

MENUJU REMAJA UNGGUL

Remaja unggul dan berkualitas adalah sumber kekuatan umat yang paling utama. Selama remaja masih memiliki nilai-nilai keunggulan, maka umat akan selalu aman. Sebaliknya, ketika remaja kehilangan nilai-nilai keunggulanya, umat pun sudah tentu  diambang bahaya.

Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang remaja agar menjadi generasi yang unggul.
Pertama,  adalah shihhatul aqiidah (akidah yang benar). Kelurusan dan kebenaran akidah ini bukan hanya diperlukan oleh seorang remaja, namun juga oleh semua golongan usia manusia. Dengan akidah yang lurus, hidup seseorang menjadi terarah. Dengan akidah yang lurus, manusia akan bernilai di sisi Allah. Allah berfirman:
    ”Sungguh Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik. Kemudian ia Kami kembalikan ke tingkat yang paling rendah. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih.” (QS. At Tien: 5-7).
Dan dengan akidah yang lurus pula, Allah menjanjikan pertolongan untuk hamba-Nya. Sebagaimana  firman Allah dalam Al Qur’an:
    ”Allah adalah penolong mereka yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya…” (QS. Al Baqarah: 257).

Kedua,  adalah shalaahul a’mal (baiknya perbuatan). Allah dalam memberikan janji pertolongan dan kemuliaan selalu menyaratkan dengan iman (shihhatul aqiidah) dan amal shalih (shalaahul a’mal). Sebagaimana firman Allah:
    ”Dan sampaikanlah kabar gembira bagi mereka yang beriman dan beramal shalih bahwa sesungguhnya bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai…” (QS. Al Baqarah: 25).

Amal shalih ini memiliki bebarapa arti. Makna yang pertama adalah melaksanakan syariah. Seroang remaja muslim baru akan menjadi unggul jika ia melaksanakan kewajiban Islam dan menjauhi larangan Islam. Terhadap mereka ini, Allah menjanjikan pertolongan dalam segala situasi dan kondisi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
    ”Dan  barangsiapa bertakwa kepada Allah, menjadikan baginya jalan keluar (dari semua permasalahan).” (QS. Ath Thalaaq: 2).

Makna  yang kedua dari amal shalih adalan melaksanakan sesuatu secara professional. Artinya, seorang remaja muslim yang unggul haruslah melakukan pekerjaan dan profesinya secara baik dan professional. Jika ia seorang penjahit, ia harus menghasilkan karya yang bermutu dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jika ia seorang pegawai, maka ia harus melaksanakan tugas kepegawaian dengan baik serta berdisiplin terhadap waktu. Jika ia seorang guru, maka ia harus melaksnakan tugas-tugas keguruan dengan baik dan sesuai dengan aturan. Demikian seterusnya. Dengan demikian, masing-masing remaja msulim menghasilkan karya-karya yang terbaik untuk perjuangan.


Ketiga, remaja unggul mestilah memiliki akhlak yang baik. Akhlak yang baik disini mencakup segala kepribadian yang positif. Ia harus santun, namun juga tegas. Ia harus lembut namun juga berani. Ia harus luwes, namun harus juga kukuh pendirian. Dan seterusnya dan seterusnya.

    "Bangsa-bangsa itu hanya akan bertahan selama mereka masih memiliki akhlak. Mereka akan hancur berantakan bilamana akhlaknya telah rusak." (Kalam Hikmah)

Terkadang seseorang meremehkan akhlak. Mereka cukup mengandalkan kemampuan profesioanal. Padahal, akhlak sebenarnya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Malah seringkali seseorang dapat menaklukkan seorang musuh dengan seorang diri melalui kekuatan akhlak. Padahal musuh tersebut belum tentu dapat di taklukkan dengan satu batalion tentara. Ada kala juga seseorang sebenarnya memiliki kemampuan professional yang rendah. Namun, ia dapat menembus ke puncak karier dengan keluhuran akhlaknya. Padahal disisi lain, banyak teman-temanya yang memiliki kemampuan profesi yang kuat tidak dapat mencapai kedudukan walaupun sekedar setengahnya saja dari apa yang ia raih.


Keempat, seorang remaja yang unggul haruslah meiliki pengetahuan di bidang yang ditekuninya. Bila ia seorang seniman, ia harus menguasai ilmu seni. Bila ia seorang akuntan, maka ia harus menguasai ilmu akuntansi. Bila ia seorang Bodyguard, ia harus menguasai ilmu bela diri. Pendeknya, seseorang tidak akan menguasai profesi dan berkembang dengan profesinya kecuali jika ia menguasai profesi tersebut. Karena itu, poin keempat ini sangat berkaitan dengan poin kedua tentang profesionalisme.

Ilmu bagi remaja bahkan menjadi ciri dan identitas keremajaanya. Bagi mereka yang tidak memiliki ilmu, sesungguhnya tiada pantas disebut sebagai remaja. Sebagaimana dikatakan Imam Syafi’i RA.
    ”Demi Allah! Hidupnya para remaja hendaklah dengan ilmu dan takwa. Bila keduanya tiada padanya, maka tiada patut ia disebut sebagai remaja.”

Dalam konteks Perjuangan Wahidiyah saat ini, sudah tentu menjadi sangat kompleks serta meliputi multidimensi. Di sana di butuhkan pendidik, disana dibutuhkan administrator, disana dibutuhkan teknisi dan seterusnya dan seterusnya. Perjuangan hanya akan maju dan unggul jika semua sisi tersebut tertangani secara tuntas dan bermutu. Sebaliknya, Perjuangan tentunya akan hancur jika semua sisi tersebut dikelola secara setengah-setengah. Kata Ahli Hikmah:
    ”Jika perkara yang haq (yang benar) tidak dikelola dengan (manjemen yang) baik, ia akan dikalahkan oleh perkara yang batil (salah) yang dikelola (dimenej) dengan baik.”

Disinilah diperlukan profesionalisme. Penanganan suatu bidang secara total sehingga mendapat  hasil yang bermutu tinggi. Dan profesioanlisme tidak akan tercapai kecuali dengan melaksanakan sesuatu berdasarkan ilmu. Karena itulah Ibnu Ruslam dalam Kitab Zubad mengatkan ,
    ”Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, Amalnya akan ditolak atau tidak diterima.”

Kelima, seorang remaja unggul haruslah memiliki kekuatan ruhaniyah yang dahsyat. Hal ini diperoleh melalui serangakaian riyadhah (latihan ruhani) yang keras. Bukankah keris pada dasarnya hanyalah sebilah besi? Jika kita melihat dari nilai besinya, sebilah keris mungkin tidak akan mencapai Rp. 1000. Namun ketika keris tersebut sudah mengalami tempaan yang dahsyat serta mendapat doa dari Empu, maka nilainya akan berlipat-lipat. Sebilah keris bisa berharga ratusan ribu, bahkan jutaan atau miliyaran rupiah.

Sebagaian besar para sahabat Rasulullah SAW sebelumnya adalah manusia-manusia dari kelas sosial yang rendah. Salman atau Bilal misalnya, adalah seorang budak. Abdullah bin Mas’ud adalah seorang pengembala kambing. Namun dengan riyadhah yang kuat, akhirnya mereka menjadi orang-orang mulia. Salman menjadi Gubernur di Irak, sedang Bilal menjadi tokoh masyarakat Syam. Sementara Abdullah bin Mas’ud menjadi maha guru di Irak.

Bahkan dengan kekuatan riyadhah ini, bangsa Arab yang miskin dan sebelumnya tidak pernah disebutkan dalam sejarah, akhirnya dapat menjebol kekuasaan dua super power itu, Romawi dan Persia.


Keenam, seorang remaja unggul haruslah memiliki kekuatan fisik yang prima. Kerena sebuah bangsa tidak akan kuat jika remajanya sakit-sakitan. Rasulullah SAW bersabda,
    ”seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah.”

Bangsa Arab, pada masa Rasulullah SAW menjadi bangsa yang kuat salah satunya juga karena mereka selalu memiliki fisik terlatih. Mereka aktif berlatih menunggang kuda, memanah, bergulat, berenang serta bermain pedang dan tombak. Rasulullah SAW sendiri sangat menganjurkan pembinaan masalah ini, hingga beliau bersabda, ”Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah.” hingga selanjutnya, dlam fiqih Islam, taruhan dalam dunia berkuda dan panahan diatur dalam satu bab tersendiri.

Nah, ketika keenam syarat tersebut terkumpul, sebuah bangsa pada dasarnya telah memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Bahkan jauh lebih dahsyat dari sebuah nukliar sekalipun!. Allahu a’lam

No comments:

Post a Comment

Any comment? Please....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...