Thursday 9 August 2018

Renungan

Saudaraku….
Sering kali kita dikejutkan dengan berita duka tentang orang-orang yang kita kenal dan kita cintai wafat. Baik melalui BBM, E- Mail, SMS, ataupun penyampaian langsung. Adapun isi beritanya kira-kira seperti ini:
Inna lillahi wa inna ilahir Raji’un, telah berpulang ke rahmatullah saudara/i kita…fulan/fulanah bin/binti fulan, pada hari ini…jam…….dan akan disemayamkan di tempat peristirahatan terakhirnya di pemakaman….setelah….

Tentunya anda akrab dengan berita seperti ini, dan terkadang kita hanya berkomentar: Masya Allah..ngak nyangka ya..kok …padahal…..dst. Namun jarang-jarang kita berfikir bahwa berita belasungkawa di atas kelak akan berubah dan tertulis padanya nama kita.

Bayangkan saudaraku tatkala dikirim melalui sms, e mail, bbm dan seterusnya kelak bahwa yang mati adalah dirimu, dan yang tertulis adalah namamu,lengkap dengan nama orang tua dan gelar kehormatanmu…………….. pernahkah kau mengingat hal ini kelak akan datang masanya?????

Boleh jadi hari ini, besok, lusa, bulan depan, tahun depan,…wallahu a’lam. Bayangkan pula kelak bagaimana ekspresi keluarga, anak, istri, sanak kerabat dan handai taulanmu.Betapa kesedihan melanda mereka, istrimu menjadi janda, anak-anakmu menjadi yatim, sanak kerabat kehilangan dirimu.

Jasadmu terbujur kaku , tubuhmu menjadi dingin, kain kapan menghiasi sekujur tubuhmu dan orang-orang silih berganti datang melayatmu dengan berbagai komentarnya. “kasihan ya mas, anak-anak nya masih kecil-kecil….subhanallah padahal dia baru saja menikah…masya Allah tadi dia barusan jalan bersama saya…tidak sangka ya mas begitu cepat dia meninggal padahal…” ataupun komentar-komentar lainnya.

Saudaraku ..tiap hari penghuni vila tidak indah RSS(rumah sangat sempit) kuburan bertambah, terkadang baru paginya dihantarkan penghuni baru yang masih bayi, siangnya telah menyusul pula penghuni lain baik seorang gadis atau pemuda yang masih belia, tak jarang dalam waktu yang bersamaan datang para penghuni baru dalam jumlah yang banyak, anak-anak maupun orang tua. Tahukah anda bahwa tempat untuk anda telah di booking dan didaftarkan disalah satu kavling RSS tersebut dalam cacatan ilmu Allah Lauh Mahfuz Nya??

Berkata penyair:
باب الموت وكل الناس داخله يا ليت شعري بعد الموت ما الدار
الدار جنة خلد إن عملت بم يرضي الإله وإن قصرت فالنار
Kematian adalah pintu gerbang yang akan di masuki setiap manusia
Aduhai….setelah kematian dimanakah kampungku
Padahal kampung itu adalah surga yang kekal seandainya engkau beramal
Yang membuat Tuhanmu ridho , tapi jika berleha-leha maka nerakalah kampungmu

Saudaraku…..kematianmu akan segera tiba,bersiaplah !!
Kematian pasti datang… mau tidak mau, suka tidak suka dia akan menghampiri kita, setiap saat, kapan dan di mana saja dan dalam kondisi apapun kita berada. Tidak mengenal waktu, dia akan menjemputmu dikala pagi, siang ataupun malam. Tidak pula mengenal tempat dan dia bisa diajak kompromi, akan datang baik ketika anda di udara(dalam pesawat), di darat maupun di laut.

Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُون
Katakanlah bahwa kematian yang kalian belari darinya, sungguh dia kan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Allah yang Maha mengetahui segala yang ghaib dan tampak dan akan memberitahukan kalian dengan apa-apa yang kalian lakukan. QS. Al-Jum’ah: 8.

Kebanyakan manusia begitu benci jika diajak membicarakan tentang kematian. “jangan bicara tentang itu lho mas…” kementar salah seorang dari mereka. Hal ini tentunya karena perkara dahsyat ini akan merusak segala mimpi-mimpi manusia, mengoyak-ngoyak angan-angan dan cita-citanya, memutus segala kelezatan dunianya. Karena itulah Nabi yang Mulia menyebutkan kematian dengan istilah “Pemutus segala kenikmatan”dalam hadisnya.

Bukan saja istrimu menjadi janda dan anakmu menjadi yatim, bahkan seluruh harta benda yang kau miliki dengan susah payah ,peras keringat dan banting tulang tak kenal lelah, harus rela kau tinggalkan. Jabatanmu akan segera digantikan orang lain dan pengikut setiamu tidak akan pernah rela menemanimu dalam RSS mu (rumah sangat sempit) yang hanya berukuran 2×1 m2. Jauh lebih kecil dari perumahan RSS tipe 21 yang dimiliki “wong kecil”.

Padahal boleh jadi dimasa hidupmu, Rumahmu bagaikan istana, luas dan indah, kau hidup didampingi istrimu yang cantik jelita dan anak-anakmu yang rupawan. Sekarang yang dikikhlaskan mereka untuk kau bawa hanyalah 3 lembar kain putih kafanmu. Selainnya wajib kau tinggalkan untuk mereka.

Saudaraku…apakah anda telah siap-siap untuk pindah kerumah yang sangant sempit itu, rumah yang sangat gelap gulita dan menyeramkan???berteman dengan cacing-cacing tanah yang akan mengoyak-ngoyak tubuh??
Berkata penyair:
ولدتك أمك يا ابن آدم باكيا والقوم حولك يضحكون سرورا
فاعمل ليوم أن تكون إذا بكوا في يوم موتك ضاحكا مسرورا
Engkau dilahirkan ibumu wahai anak adam dalam kedaan menangis
Sementara orang disekelilingmu tertawa bahagia
Maka beramallah untuk hari tatkala mereka menangis
Waktu kematianmu agar engkau tertawa bergembira dengan amalmu

Salaf dan mengingat kematian
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, senantiasa meningatkan ummatnya untuk selalu mengingat kematian, beliau bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْت
Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan yaitu kematian. HR.Tirmizi , an-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad. berkata Tirmizi hadis ini adalah hasan sahih gharib.

Mengingat kematian akan mebuat seseorang akan lebih banyak menangis dan senantiasa khawatir dengan nasibnya setelah mati. Bersabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا
Seandainnya kalian mengetahui apa yang ku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa danlebih banyak menangis. HR. Muttafaq ‘alaihi.

Berkata seseorang kepada Alhasan: “wahai Abu Said, apa yang harus kami lakukan?? tatkala kami bermajlis dengan suatu kaum yang senantiasa menakuti kami dengan kematian yang membuat hati kami hampir-hampir terbang, maka Alhasan menjawab: demi Allah jikalah engkau dapat bermajlis dengan suatu kaum yang senantiasa menakuti-nakuti (dengan kematian sehingga engkau beramal) itu lebih baik bagimu agar kelak engkau mati dalam keadaan aman(selamat), daripada duduk bermajlis dengan suatu kaum yang membuatmu merasa aman(dengan perkara dunia) namun kelak engkau benar-benar akan ketakutan (ketika matimu karena lalai beramal). Di nukil oleh Alqasimi dari Ihya: 4/170.

Berkata AlHakim bin Nuh kepada sahabat-sahabatnya: suatu ketika Malik Bin Dinar tidur sepanjang malam tanpa mengerjakan sholat walaupun satu raka’at, ketika itu kami bersamanya di atas perahu di tengah lautan. Pagi hari aku berkata padanya: Wahai Malik, alangkah panjangnya tidurmu malam ini sehingga engaku tidak sempat sholat malam ataupun berdoa. Maka seketika itu dia menangis dan berkata: seandainya manusia mengetahui apa yang akan mereka hadapi kelak (ketika kematian) pasti mereka tidak akan pernah merasakan nikmatnya hidup ini, sebab aku-demi Allah- tatkala melihat gelap dan seramnya keadaan tadi malam, aku teringat dahsyatnya keaadan di padang mahsyar, setiap orang sibuk dengan dirinya masing-masing, tiada berguna waktu itu bapak bagi anaknya dan sebaliknya, setelah itu dia menangis tersedu-sedu sejadi-jadinya, setelah sekian lama barulah tangisannya reda, maka teman-teman yang bersamaku diperahu berdatangan memarahiku dan berkata: tidak kah kau paham bahwa dia tidak dapat menahan diri jika diinggatkan tentang (kematian dan akhirat) kenapa kau mengingatkannya? Berkata Alhakim: sejak itu aku tidak lagi berani mengingatkannya tentang perkara itu. Dinukil Alqasimi dari Jannatu ar-Ridho :1/98.

Faedah mengingat kematian
Berkata Ad-Daqqaq: “barang siapa yang senantiasa mengingat kematian maka dia akan akan mudah untuk mengerjakan tiga hal: dia akan segera bertaubat, akan merasa qana’ah(rela degan apa yang Allah berikan dalam hal dunia), dan akan semangat dalam beribadah. Sebaliknya barang siapa yang lalai untuk mengingat kematian, dia akan merugi dalam tiga hal: menunda-nunda bertaubat, tidak pernah merasa cukup dan puas(dengan dunia yang dimilikinya) dan akan membuatnya malas untuk beribadah”.

Inilah realita yang kita lihat, bahwa kita hanya ingat kematian ketika menerima berita belasungkawa dengan wafatnya salah seorang yang kita kenal dan kita cintai, seolah-olah kematian tersebut hanyalah musibah yang menimpa dirinya dan tidak akan pernah datang menghampiri kita. Karena itulah kitabiasanya hanya bersedih atas kepergiannya tanpa pernah mengambil pelajaran bagaimana kelak keadaan kita ketika maut datang menjemput.

Saudaraku…
Tangisilah dirimu sekarang sebelum orang-orang menangisimu,dan paksalah dirimu untuk berbuat ketaatan sebelum jasadmu digotong dia atas keranda, selalulah introspeksi diri sebelum kelak dia dihisab. Ketahuilah bahwa waktu-waktu yang kau sisakan sejenak untuk mengintrospeksikan dirimu di duni ini , jauh lebih berharga daripada sisa umurmu yang banyak kau sia-siakan dan menambah deretan dosamu kelak.

Berkata sebagaian ulama:” wahai orang yang tertipu dengan panjangnya masa sehat, apakah engkau tidak pernah melihat sekalipun ada seseorang yang mati tanpa didahului penyakit? Wahai orang yang tertipu dengan umur yang panjang , apakah engkau tidak pernah melihat ada orang yang mati dengan tiba-tiba? kenapa kalian tertipu dengan kesehatan kalian? Ataukah panjang angan-angan yang telah memperdaya kalian? Ataukah kalian adalah orang-orang yang nekat menyambut kematian?”.

Berkata Alhasan:” Aku tidak pernah melihat ada suatu perkara yang pasti dan yakin tetapi seolah-olah manusia ragu akan kedatangannya daripada kematian, padahal mereka dalam keaadaan lalai darinya, dan aku tidak pernah melihat ada perkara yang benar dan pasti namun tampak seperti sebuah kedustaan daripada ungkapan seseorang: kami menginginkan surga , padahal mereka malas dan tidak bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya”. Di nukil Alqasimi dari Al-Aqibah hlm. 95.
Mengingat kematian akan membuat seseorang senantiasa berupaya untuk ikhlas dalam niatnya, dan membuatnya rajin beramal ibadah untuk mempersiapkan bekalnya . Dia paham bahwa segala bentuk amalan yang dilakukan bukan untuk Allah, hanya mencari ridho makhluk dan pujian mereka, kelak akan membahayakannya . sementara ikhla dan mengharapkan apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan kekal.

Berkata Shilah bin Asyam kepada Muaazah:” hendaklah engkau senantiasa mengingat kematian, dengan hal tersebut engakau akan memiliki sifat qanaah tidak begitu perduli dengan keaadaan duniamu apakah bergelimang kesenangan ataupun kesulitan dan penderitaan”.

Mengingat kematian akan membuat seseorang menjadi sosok yang militan, bercita-cita tinggi dan berjiwa besar, begitu hinanya dunia ini baginya dan tidak bernilai sehingga rugi baginya jika seluruh amalannya hanya sekedar untuk mendapatkan keridhoan dan pujian manusia. Apalagi berlomba-lomba memperebutkannya dengan menjual agama dan kehormatan, dengan menipu dan bertindak culas.

Berkata Abu Ad-Darda:” Barang siapa yang banyak menginggat kematian niscaya akan mampu meredam kesenangannya( terhdap dunia) dan meredam sifat hasadnya”. Siyar A’lam : 2/353.
Saudaraku marilah bercermin dengan kehidupan para salafus sholeh, ambilah dia dan jadikan pelajaran. Berkata Sufyan At-Tsauri:”Aku pernah menjumpai seorang tua di masjid yang berkata: “telah tiga puluh tahun sku berada di masjid ini (beribadah)menunggu kematian datang menjemputku, seandainya dia datang aku tidak akan pernah menyuruhnya pergi atau melarangnya datang, sebab aku merasa tidak pernah berbuat kezaliman ataupun berhutang pada seseorang”.

Saudaraku…
Kututup tulisan ini dengan perkataan Ali bin Thalib-radhiallahu ‘an hu tatkala berpidato dari atas mimbarnya , setelah memuji dan memuja Allah dia berkata:” wahai hamba Allah, kematian tidak akan ada yang luput darinya,seandainya kalian berdiri untuknya dia akan menjemput kalian, seandainya kalian berlari maka dia mengejar kalian, maka selamatkan diri kalian, sesungguhnya di belakang kalian ada kuburan yang telah menunggu, waspadalah dengan himpitan, gelap dan seramnnya, ketahuilah bahwa kubur akan menjadi lubang-lubang api ataupun taman- taman surga…(di nukil oleh alQasimi dari lbidayah wa an-nihayah: 7/149)

Jeddah,28 Zulkaedah 1433/14 Okt 2012
Abu Fairuz Ahmad Ridwan Muhammad Yunus

No comments:

Post a Comment

Any comment? Please....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...